Judul Buku : Perfume - The Story
of A Murderer
Penulis : Patrick Suskind
Penerbit : Matahari
Tahun Terbit : cetakan terbaru Juni
2015
Tebal : 312 Halaman
No. ISBN : 978-602-372-015-6
Harga : Rp68.500,00
Resensi : @byazizah
Sekali lagi ia menutup mata. Aroma
taman menghambur masuk. Aroma magis yang paling berharga itu, ada di antara
mereka. Serangan aroma itu datang begitu tiba-tiba. Untuk sesaat, setarikan
napas rasanya bagai seabad. Ia tak mampu menjejaki ruang dan waktu. Tak salah
lagi. Aroma yang keluar dari taman ini adalah aroma perawan. –Patrick Suskind-
Kisah ini dimulai pada abad ke delapan belas.
Tepatnya di jantung kota Paris, Perancis, dimana kota yang begitu dikenal itu
juga pernah mengalami masa-masa terpuruknya. Pada saat kota Paris semakin
memburuk, bau-bau busuk bercampur menjadi satu. Bau ikan busuk, bau mayat,
keringat, ludah, mulut yang tak pernah dicuci, hingga melon berlendir yang tak
ubahnya mayat yang sengaja dihidangkan dengan bau mematikan. Terletak di jalan
Fers dan jalan Ferronnerie, ketika masa Revolusi Perancis hadir, kota yang
penuh dengan kuburan mayat-mayat busukpun digeruk dan di dirikanlah sebuah
pasar makanan yang tak kalah semrawut. Disinilah segala aktivitas masyarakat
Perancis dimulai, membeli dan menjual berbagai kebutuhan hingga saling
menawarkan jasa dari satu orang ke orang lain.
Hari itu, tepat 17 Juli 1738 adalah hari yang biasa
bagi masyarakat kota untuk turun ke jalan, berbelanja dan menjual apa saja.
Ikan-ikan segar dijual namun baunya tak lebih baik dari ikan yang ditangkap
sepekan yang lalu. Seorang wanita yang tengah membelah tubuh ikan dan
mengeluarkan jeroan-jeroannya merasakan ada yang menusuk dari dalam tubuhnya.
Ya, hari itu bayi yang telah lama dikandungnya meminta segera keluar. Bukan hal
sulit baginya untuk kemudian berjongkok di bawah meja kemudian mengeluarkan
bayi tersebut diantara kotoran busuk sampah jeroan dan bau-bau kotoran di
sekitar pasar. Setelah itu ia kembali berjualan seperti tak pernah terjadi
apa-apa, toh ia sudah 4 kali melakukan hal yang sama. Bayi yang tak berdosa itu
diletakkan begitu saja untuk menemui ajalnya.
Tak lama, entah keajaiban mana yang terjadi, sang
bayi yang telah tergeletak itu menolak untuk mati. Ia menjerit sekuat-kuatnya
dan mengagetkan masyarakat yang tengah beraktivitas di pasar dan tangisan ini
yang menyebabkan ibundanya segera menemui ajalnya karena diduga hendak membunuh
sang bayi. Bayi ajaib itu bernama Jean-Baptiste Grenouille.
Jean-Baptiste kemudian berpindah dari satu tangan
ke tangan lain karena tak ada yang ingin merawatnya. Bayi ini bahkan disebut
sebagai bayi setan. Jean kecil tak mempunyai bau tubuh, sehingga membuat takut
orang-orang disekitarnya. Terlambat bicara dan selalu berusaha menghindari
interaksi dengan orang lain. Kemudian pada usia 6 tahun ia telah mengenali
berbagai penciuman yang menakjubkan.
Jean-baptiste terlahir istimewa namun membawa
petaka. Keistimewaan yang belum ia sadari sepenuhnya. Meski ia tak mempunyai
bau tubuh, ia mampu membaui segala. Kayu, batu, air, air hangat, air dingin,
telur kodok dan semua hal yang ada di dunia. Hidungnya sangat peka dan inilah
yang mungkin akan menjadi masalah besar baginya.
Pada usia 12 tahun, penjaga panti menjualnya ke
tukang pembuat kulit dimana ia bekerja bagai budak. Anehnya, ia seperti tak
bisa mati, bahkan penyakit yang paling mematikanpun dapat ia lewati dengan
mudah. Jean-Baptiste remaja mendapat kesempatan untuk pergi ke kota untuk
mengembangkan bakatnya. Disinilah semua tragedi di mulai.
Perancis sebagai salah satu kota pembuat parfume
terbesar kini ada di depannya. Disini ia membaui lebih banyak hal dan
kehidupan. Tak hanya bau busuk seperti tempat asalnya, namun juga bau harum,
bunga, makanan, hingga parfum ternama. Suatu ketika, saat Jean berjalan-jalan
di tengah kerumunan, ia mendapati penciumannya menemukan suatu bau yang
terbilang baru. Aroma berbeda yang membangkitkan hasrat dan keingintahuannya.
Aroma yang datang dari sebuah tubuh molek dengan kulit berbintik yang
mempesona. Aroma itu adalah aroma perawan. Dan pada saat itu juga, ia melakukan
pembunuhan pertamanya karena mengira bisa menyerap aroma sang gadis.
Di lain waktu, ia melihat pembuat parfum bernama
Baldini ketika ia hendak mengantarkan kulit pesanan. Dengan mantap ia hendak
menjadi pembantu Baldini dan ingin agar ia diajari bagaimana mengekstrak
wewangian sehingga menghasilkan parfum dengan bentuk nyata. Mulanya Baldini
menolak, namun kemudian lelaki tua itu terkesima ketika Jean membuat sebuah
parfum dengan wewangian yang sedang ia buat, tanpa timbangan dan perhitungan.
Demi melihat bakat tersembunyi Jean, Baldini akhirnya membelinya dari pabrik
pembuat kulit dan memperkerjakannya. Berkat Jean dan hidungnya yang sangat
istimewa, Baldini memperoleh banyak keuntungan sehingga membuat ia menjadi
pembuat parfum terkaya di kota Perancis.
Jean banyak belajar cara membuat parfum bahkan bisa
lebih hebat hasil parfum buatannya dari pembuat parfum paling terkenal
sekalipun. Ketika ia telah berhasil mempunyai ilmu bagaimana mengekstrak
wewangian, iapun teringat dengan aroma di jalan Seint. Ia hendak menciptkan
aroma serupa sehingga terjadilah sebuah tragedi besar yang membuat masyarakat
kota kelimpungan dan mencari biang keladi atas semua kekacauan yang terjadi.
Satu demi satu mayat gadis ditemukan dengan ciri-ciri yang sama. Telanjang,
botak dan kulit yang berminyak. Pembunuh yang dicari-cari itu tengah asik
membuat membuat eksperimen dari hasil percobaannya selama beberapa waktu hingga
pada akhirnya ia harus menemukan formula pelengkap untuk menyempurnakan parfum
buatannya.
Seluruh masyarakat kota waspada akan pembunuh
berdarah dingin yang telah menghilangkan nyawa 24 gadis cantik dengan cara yang
teramat keji. Di lain tempat, Jean akhirnya menemukan formula pelengkap
parfumnya, yakni gadis paling cantik bernama Laure. Dengan segala cara Jean
mendekat Laure agar dapat mendapatkan aroma tubuhnya meski ayahnya dengan ketat
telah mengamankan Laure dari kota yang kejam itu. Dengan tenang, Jean
merencakan segala tindakan tanpa terendus satu manusiapun dan akhirnya, pada
suatu malam, Laure mati dan menjadi pelengkap aroma 25 perawan Jean-Baptiste.
Di akhir cerita, kejahatan keji Jean terkuak dan
hukuman mati siap untuk mengeksekusi dirinya. Namun pada saat ia berada di
tengah masyakarat kota yang hendak menghujat dan melihat kematiannya, Jean
menyemprotkan parfum aroma perawan buatannya dan melenakan seluruh masyarakat
sehingga mengiranya sebagai seorang dewa.
Disini terlihat jalan cerita yang di bangun sang
penulis begitu halus dengan kejutan-kejutan yang tak habis sampai di akhir cerita.
Setiap bab di buat dengan benang merah praduga sehingga membangun ending cerita
yang bagus meski pembaca tidak begitu terkejut dengan klimaks yang disajikan.
Kepolosan Jean sebagai tokoh sentral di novel ini begitu terlihat saat ia
tengah menjalani proses kejinya sebagai seorang pembunuh berdarah dingin. Tak
ada rasa berdosa atau takut karena memang seorang Jean diciptakan tanpa rasa
takut dan tipisnya rasa kemanusiaan.
Akhir kalimat, novel ini saya rekomendasikan untuk
pembaca yang suka dengan petualangan, tantangan dan cerita yang cenderung
berani menampilkan sisi-sisi lain dari kepribadian manusia.
|
Doc Pribadi/Foto Google |
@byazizah