Tuesday, November 10, 2020

Perfume - The Story of A Murderer

 




Judul Buku : Perfume -  The Story of A Murderer

Penulis : Patrick Suskind

Penerbit : Matahari

Tahun Terbit : cetakan terbaru Juni 2015

Tebal : 312 Halaman

No. ISBN : 978-602-372-015-6

Harga : Rp68.500,00 

Resensi : @byazizah


Sekali lagi ia menutup mata. Aroma taman menghambur masuk. Aroma magis yang paling berharga itu, ada di antara mereka. Serangan aroma itu datang begitu tiba-tiba. Untuk sesaat, setarikan napas rasanya bagai seabad. Ia tak mampu menjejaki ruang dan waktu. Tak salah lagi. Aroma yang keluar dari taman ini adalah aroma perawan. –Patrick Suskind-

 

Kisah ini dimulai pada abad ke delapan belas. Tepatnya di jantung kota Paris, Perancis, dimana kota yang begitu dikenal itu juga pernah mengalami masa-masa terpuruknya. Pada saat kota Paris semakin memburuk, bau-bau busuk bercampur menjadi satu. Bau ikan busuk, bau mayat, keringat, ludah, mulut yang tak pernah dicuci, hingga melon berlendir yang tak ubahnya mayat yang sengaja dihidangkan dengan bau mematikan. Terletak di jalan Fers dan jalan Ferronnerie, ketika masa Revolusi Perancis hadir, kota yang penuh dengan kuburan mayat-mayat busukpun digeruk dan di dirikanlah sebuah pasar makanan yang tak kalah semrawut. Disinilah segala aktivitas masyarakat Perancis dimulai, membeli dan menjual berbagai kebutuhan hingga saling menawarkan jasa dari satu orang ke orang lain.

Hari itu, tepat 17 Juli 1738 adalah hari yang biasa bagi masyarakat kota untuk turun ke jalan, berbelanja dan menjual apa saja. Ikan-ikan segar dijual namun baunya tak lebih baik dari ikan yang ditangkap sepekan yang lalu. Seorang wanita yang tengah membelah tubuh ikan dan mengeluarkan jeroan-jeroannya merasakan ada yang menusuk dari dalam tubuhnya. Ya, hari itu bayi yang telah lama dikandungnya meminta segera keluar. Bukan hal sulit baginya untuk kemudian berjongkok di bawah meja kemudian mengeluarkan bayi tersebut diantara kotoran busuk sampah jeroan dan bau-bau kotoran di sekitar pasar. Setelah itu ia kembali berjualan seperti tak pernah terjadi apa-apa, toh ia sudah 4 kali melakukan hal yang sama. Bayi yang tak berdosa itu diletakkan begitu saja untuk menemui ajalnya.

Tak lama, entah keajaiban mana yang terjadi, sang bayi yang telah tergeletak itu menolak untuk mati. Ia menjerit sekuat-kuatnya dan mengagetkan masyarakat yang tengah beraktivitas di pasar dan tangisan ini yang menyebabkan ibundanya segera menemui ajalnya karena diduga hendak membunuh sang bayi. Bayi ajaib itu bernama Jean-Baptiste Grenouille.


Jean-Baptiste kemudian berpindah dari satu tangan ke tangan lain karena tak ada yang ingin merawatnya. Bayi ini bahkan disebut sebagai bayi setan. Jean kecil tak mempunyai bau tubuh, sehingga membuat takut orang-orang disekitarnya. Terlambat bicara dan selalu berusaha menghindari interaksi dengan orang lain. Kemudian pada usia 6 tahun ia telah mengenali berbagai penciuman yang menakjubkan.

Jean-baptiste terlahir istimewa namun membawa petaka. Keistimewaan yang belum ia sadari sepenuhnya. Meski ia tak mempunyai bau tubuh, ia mampu membaui segala. Kayu, batu, air, air hangat, air dingin, telur kodok dan semua hal yang ada di dunia. Hidungnya sangat peka dan inilah yang mungkin akan menjadi masalah besar baginya.

Pada usia 12 tahun, penjaga panti menjualnya ke tukang pembuat kulit dimana ia bekerja bagai budak. Anehnya, ia seperti tak bisa mati, bahkan penyakit yang paling mematikanpun dapat ia lewati dengan mudah. Jean-Baptiste remaja mendapat kesempatan untuk pergi ke kota untuk mengembangkan bakatnya. Disinilah semua tragedi di mulai.

Perancis sebagai salah satu kota pembuat parfume terbesar kini ada di depannya. Disini ia membaui lebih banyak hal dan kehidupan. Tak hanya bau busuk seperti tempat asalnya, namun juga bau harum, bunga, makanan, hingga parfum ternama. Suatu ketika, saat Jean berjalan-jalan di tengah kerumunan, ia mendapati penciumannya menemukan suatu bau yang terbilang baru. Aroma berbeda yang membangkitkan hasrat dan keingintahuannya. Aroma yang datang dari sebuah tubuh molek dengan kulit berbintik yang mempesona. Aroma itu adalah aroma perawan. Dan pada saat itu juga, ia melakukan pembunuhan pertamanya karena mengira bisa menyerap aroma sang gadis.


Di lain waktu, ia melihat pembuat parfum bernama Baldini ketika ia hendak mengantarkan kulit pesanan. Dengan mantap ia hendak menjadi pembantu Baldini dan ingin agar ia diajari bagaimana mengekstrak wewangian sehingga menghasilkan parfum dengan bentuk nyata. Mulanya Baldini menolak, namun kemudian lelaki tua itu terkesima ketika Jean membuat sebuah parfum dengan wewangian yang sedang ia buat, tanpa timbangan dan perhitungan. Demi melihat bakat tersembunyi Jean, Baldini akhirnya membelinya dari pabrik pembuat kulit dan memperkerjakannya. Berkat Jean dan hidungnya yang sangat istimewa, Baldini memperoleh banyak keuntungan sehingga membuat ia menjadi pembuat parfum terkaya di kota Perancis.

Jean banyak belajar cara membuat parfum bahkan bisa lebih hebat hasil parfum buatannya dari pembuat parfum paling terkenal sekalipun. Ketika ia telah berhasil mempunyai ilmu bagaimana mengekstrak wewangian, iapun teringat dengan aroma di jalan Seint. Ia hendak menciptkan aroma serupa sehingga terjadilah sebuah tragedi besar yang membuat masyarakat kota kelimpungan dan mencari biang keladi atas semua kekacauan yang terjadi. Satu demi satu mayat gadis ditemukan dengan ciri-ciri yang sama. Telanjang, botak dan kulit yang berminyak. Pembunuh yang dicari-cari itu tengah asik membuat membuat eksperimen dari hasil percobaannya selama beberapa waktu hingga pada akhirnya ia harus menemukan formula pelengkap untuk menyempurnakan parfum buatannya.

Seluruh masyarakat kota waspada akan pembunuh berdarah dingin yang telah menghilangkan nyawa 24 gadis cantik dengan cara yang teramat keji. Di lain tempat, Jean akhirnya menemukan formula pelengkap parfumnya, yakni gadis paling cantik bernama Laure. Dengan segala cara Jean mendekat Laure agar dapat mendapatkan aroma tubuhnya meski ayahnya dengan ketat telah mengamankan Laure dari kota yang kejam itu. Dengan tenang, Jean merencakan segala tindakan tanpa terendus satu manusiapun dan akhirnya, pada suatu malam, Laure mati dan menjadi pelengkap aroma 25 perawan Jean-Baptiste.

 

Di akhir cerita, kejahatan keji Jean terkuak dan hukuman mati siap untuk mengeksekusi dirinya. Namun pada saat ia berada di tengah masyakarat kota yang hendak menghujat dan melihat kematiannya, Jean menyemprotkan parfum aroma perawan buatannya dan melenakan seluruh masyarakat sehingga mengiranya sebagai seorang dewa.

Disini terlihat jalan cerita yang di bangun sang penulis begitu halus dengan kejutan-kejutan yang tak habis sampai di akhir cerita. Setiap bab di buat dengan benang merah praduga sehingga membangun ending cerita yang bagus meski pembaca tidak begitu terkejut dengan klimaks yang disajikan. Kepolosan Jean sebagai tokoh sentral di novel ini begitu terlihat saat ia tengah menjalani proses kejinya sebagai seorang pembunuh berdarah dingin. Tak ada rasa berdosa atau takut karena memang seorang Jean diciptakan tanpa rasa takut dan tipisnya rasa kemanusiaan.

Akhir kalimat, novel ini saya rekomendasikan untuk pembaca yang suka dengan petualangan, tantangan dan cerita yang cenderung berani menampilkan sisi-sisi lain dari kepribadian manusia.


Doc Pribadi/Foto Google

@byazizah

No comments:

Post a Comment