Hujan ini layak ditangisi
Datang tiba-tiba, berhenti semaunya
Aku sedang menikmatimu disini, dekat lampu taman yang menyala dalam rinai
Duh, Desember..
Hujan ini layak ditangisi
Datang tiba-tiba, berhenti semaunya
Aku sedang menikmatimu disini, dekat lampu taman yang menyala dalam rinai
Duh, Desember..
Doc Pribadi |
Pernahkah kamu membayangkan jika terlalu nyaman pada kondisi saat ini membuatmu kehilangan kesempatan untuk merasakan nikmat-nikmat Tuhan yang lain?
Ya. Saat ini
aku tengah merasakan kelegaan dari perasaan nyaman itu. Pada akhirnya setelah
sekian lama bersikukuh dan bermapan di tempat lama, kini aku berpindah juga. Pindah
dalam arti yang sebenarnya. Bergerak dan merasakan banyak perubahan serta nikmat
yang kian terasa banyak. Aku mengidentifikasi diriku seperti itu. Jika sudah
nyaman akan sulit berpindah, namun jika bulat tekadku telah tiba, pada hari itu
secepat mungkin aku akan bergerak.
Aku tau
manusia tidak akan pernah cukup. Jika menurutmu telah cukup, mungkin bagi orang
lain akan terus terasa kurang. Maka dari itu, aku memutuskan untuk cukup dan
menikmati ini semua. Saat ini aku ingin fokus menggapai impian-impianku yang
lain. Mencoba terjun dalam kehidupan yang lebih nenantang dan menggairahkan. Aku
ingin merancang dan mendesain kehidupanku yang selanjutnya. Aku ingin terus
belajar, membaca dan bisa memberikan manfaat yang nyata. Setidaknya jika bukan
untuk orang lain, aku melakukannya untuk diriku sendiri.
@byazizah
Sekitar tahun 2010, saat itu aku baru memasuki kehidupan
SMA. Bisa dibilang bahwa SMA adalah masa yang sangat menyenangkan bagiku. Disini
aku punya banyak teman, punya banyak kegiatan dan banyak aktivitas yang membuatku
sangat produktif kala itu. Mengapa aku mengatakan hal demikian? Alasan yang aku
punya sepertinya cukup jelas bagiku, masa SMP kuhabiskan dengan hanya memiliki
sedikit teman, namun yang paling aku syukuri dari masa SMP itu adalah, aku
mempunya seorang sahabat yang sampai kini masih sangat berhubungan baik denganku.
Selebihnya aku merasa bahwa masa SMP-ku sangat membosankan.
Di SMA, 10 tahun yang lalu, aku banyak menemukan
kegiatan yang kemudian banyak melahirkan keinginan-keinginanku yang saat ini
terwujud. Pada dasarnya aku menyukai dunia literasi sejak di bangku SD, saat
itu mungkin aku baru menyukai membaca majalah, novel dan artikel-artikel tertentu.
Pada saat itu aku pertama kali tertarik dengan cara menulis diari setiap hari. Aku
ingat masih menyimpan diari itu hingga kini, aku selotip setiap bagiannya dan
aku juga ingat setiap lembar isinya. Masa SMP yang membosankan berlalu begitu
saja selama 3 tahun tanpa adanya peristiwa atau hal-hal yang menurutku mudah
diingat.
Mengapa SMA bagiku menyenangkan? Banyak sekali hal baru
yang aku lakukan disini. SMA-ku waktu itu merupakan salah satu SMA favorit dimana
banyak siswa pintar dalam akademik dan non-akademik yang berada disana. Kehidupan
kelas X selama 1 tahun aku jalani dengan menyenangkan. Aku ikut berbagai jenis
kegiatan mulai dari PMR, Islamic Club, Pramuka, Debate Club, Reading Club, Essay
Club sampai kelompok-kelompok belajar atau kegiatan lain juga aku coba satu
persatu. Tibalah saatnya memasuki kelas XI dimana di kelas ini, siswa harus
memilih jurusan dan peminatan. Tentu saja teman-teman sekelasnya banyak yang memilih
IPA dan IPS sebagai jurusan di kelas XI mereka, sedangkan aku dengan yakin memilih
Bahasa untuk jurusan untuk peminatanku.
Saat itu mungkin aku mendapat banyak sekali masukan
dan juga pertimbangan, nilai-nilaiku saat itu cukup untuk mengizinkanku masuk
ke jurusan IPA, namun saat itu aku sadar, bahwa aku tidak menyukainya. Ditambah
dengan banyaknya respon negatif tentang kelas Bahasa, dimana saat itu, kelas
Bahasa adalah kelas buangan bagi anak-anak dengan nilai rendah. Jujur aku tidak
banyak berbicara atau berdiskusi dengan teman atau siswa lain, bahkan aku juga
tidak meminta pendapat kakak atau orangtuaku dalam memilih jurusanku saat itu. Sedikit
informasi, bahwa kakak bungsuku juga sekolah di SMA itu dan memilih jurusan
IPA, itu karena aku tau dia suka dengan semua pelajaran IPA saat itu.
Disaat genting seperti itu, di Islamic Club saat itu
aku punya teman dari kelas-kelas lain dan ada beberapa dari mereka yang
memutuskan akan masuk ke kelas Bahasa, pada saat itu aku langsung yakin bahwa tidak
semua anak yang masuk kelas tersebut adalah anak-anak buangan.
Sesuai dengan rencanaku, aku masuk kelas Bahasa. Berita
yang menyenangkan adalah, sebagian temanku memang berminat dengan kelas itu,
dan Sebagian lagi memang siswa-siswi yang seperti tidak punya minat dan motivasi
masuk kelas itu. Bagaimanapun mereka adalah temanku, dan aku akan mencetak
memori yang menyenangkan bersama mereka.
Disaat yang sama, kehidupan extra-ku berjalan
menyenangkan dan juga lancar. Diawal aku bercerita bahwa aku mengikuti semua
kegiatan, dan pada kelas XI aku mulai serius dengan beberapa kegiatan yang
memang aku sukai dan aku nyaman berkembang disana. PMR dan Islamic Club tetap aku
jalani sedangkan kegiatan lain aku berhenti.
Aku merasa sangat seimbang disana, di PMR aku mendapat
banyak ilmu tentang Kesehatan dan juga pertolongan dasar sehari-hari. Bagiku ini
adalah hal yang sangat penting dan sangat berguna. Karena aku menyukai semua
materinya, aku menjadi sangat kompeten saat itu hingga aku menjadi salah satu
dari 4 kandidat Ketua PMR di tahun 2011. Aku sangat suka dengan kegiatan PMR
dan aku juga berkeinginan menjadi Ketua PMR sehingga mungkin itu menjadi salah
satu nilai tersendiri dimana jalanku mudah untuk menjadi Ketua-nya. Saat itu
aku mempunyai keinginan yang sangat besar untuk berkontribusi terhadap PMR. Pada
akhirnya aku resmi terpilih baik secara angka maupun ilmu. Saat itu kandidat
lain dari jurusan IPA, dan umumnya ketua PMR memang dari jurusan IPA, aku tidak
tau sebabnya, namun saat itu banyak juga siswa lain yang mendukungku untuk
menjadi ketua hingga kemudian terwujud, dan wakilku adalah salah satu siswa
paling cerdas di SMA.
Banyak sekali kegiatan yang kami laksanakan dengan
sukses waktu itu, ikut berbagai macam lomba, bahkan memenangkan kejuaraan di
luar kota. Aku sangat bahagia kala mendapati keinginan dan harapanku terwujud,
meski juga harus melalui banyak kekalahan dan persinggungan dengan teman, namun
aku mengakui hingga saat ini, menjadi bagian dari PMR adalah hal yang sangat
membanggakan bagiku.
Tentang keseimbangan, aku memilih Islamic Club sebagai
jalannya. Aku juga aktif di kegiatan rohis dan suka mengunjungi kajian setiap
selesai sekolah. Di SMA aku aktif ikut mabit dan semua kegiatan IC. Punya banyak
teman-teman baik dan penyayang. Aku merasa kehidupan SMA adalah masa paling
seimbangku waktu itu.
Pada intinya, aku tidak bisa melupakan masa SMA yang
sangat menyenangkan dan juga menjadi jalan besar hingga membentuk diriku saat
ini.
Untuk selanjutkan, aku akan bercerita tentang
bagaimana kehidupan SMA memengaruhi kehidupanku hingga saat ini. Baca itu di Bab
II nanti.
@byazizah
Doc Pribadi |
Kau adalah bentang yang kutanam,
Cakramu menyorot setiap garam di lautan,
Buih.. adalah apa yang ia tebar,
Timbul tenggelam, terkadang juga hilang,
Laut biru dan langit yang juga biru,
Kemudian saling mencari titik temu,
Akankah?
Tanyakan pada waktu, katamu,
Tidakkah kau takut akan Si Waktu?
Dia telah menemui kala itu,
Kali ini bertemu lagi,
Dalam sunyi dan sisa-sisa letih,
Katakan selamat datang pada ragu,
Biarkan ia menubuh, menyatu dalam dirimu,
Biarkan ia membimbingmu dalam petang,
Karena sebaik-baik tersesat adalah pulang,
Mari kuantarkan..
@byazizah
Judul Buku : Perfume - The Story
of A Murderer
Penulis : Patrick Suskind
Penerbit : Matahari
Tahun Terbit : cetakan terbaru Juni
2015
Tebal : 312 Halaman
No. ISBN : 978-602-372-015-6
Harga : Rp68.500,00
Resensi : @byazizah
Sekali lagi ia menutup mata. Aroma
taman menghambur masuk. Aroma magis yang paling berharga itu, ada di antara
mereka. Serangan aroma itu datang begitu tiba-tiba. Untuk sesaat, setarikan
napas rasanya bagai seabad. Ia tak mampu menjejaki ruang dan waktu. Tak salah
lagi. Aroma yang keluar dari taman ini adalah aroma perawan. –Patrick Suskind-
Kisah ini dimulai pada abad ke delapan belas. Tepatnya di jantung kota Paris, Perancis, dimana kota yang begitu dikenal itu juga pernah mengalami masa-masa terpuruknya. Pada saat kota Paris semakin memburuk, bau-bau busuk bercampur menjadi satu. Bau ikan busuk, bau mayat, keringat, ludah, mulut yang tak pernah dicuci, hingga melon berlendir yang tak ubahnya mayat yang sengaja dihidangkan dengan bau mematikan. Terletak di jalan Fers dan jalan Ferronnerie, ketika masa Revolusi Perancis hadir, kota yang penuh dengan kuburan mayat-mayat busukpun digeruk dan di dirikanlah sebuah pasar makanan yang tak kalah semrawut. Disinilah segala aktivitas masyarakat Perancis dimulai, membeli dan menjual berbagai kebutuhan hingga saling menawarkan jasa dari satu orang ke orang lain.
Hari itu, tepat 17 Juli 1738 adalah hari yang biasa bagi masyarakat kota untuk turun ke jalan, berbelanja dan menjual apa saja. Ikan-ikan segar dijual namun baunya tak lebih baik dari ikan yang ditangkap sepekan yang lalu. Seorang wanita yang tengah membelah tubuh ikan dan mengeluarkan jeroan-jeroannya merasakan ada yang menusuk dari dalam tubuhnya. Ya, hari itu bayi yang telah lama dikandungnya meminta segera keluar. Bukan hal sulit baginya untuk kemudian berjongkok di bawah meja kemudian mengeluarkan bayi tersebut diantara kotoran busuk sampah jeroan dan bau-bau kotoran di sekitar pasar. Setelah itu ia kembali berjualan seperti tak pernah terjadi apa-apa, toh ia sudah 4 kali melakukan hal yang sama. Bayi yang tak berdosa itu diletakkan begitu saja untuk menemui ajalnya.
Tak lama, entah keajaiban mana yang terjadi, sang
bayi yang telah tergeletak itu menolak untuk mati. Ia menjerit sekuat-kuatnya
dan mengagetkan masyarakat yang tengah beraktivitas di pasar dan tangisan ini
yang menyebabkan ibundanya segera menemui ajalnya karena diduga hendak membunuh
sang bayi. Bayi ajaib itu bernama Jean-Baptiste Grenouille.
Jean-Baptiste kemudian berpindah dari satu tangan ke tangan lain karena tak ada yang ingin merawatnya. Bayi ini bahkan disebut sebagai bayi setan. Jean kecil tak mempunyai bau tubuh, sehingga membuat takut orang-orang disekitarnya. Terlambat bicara dan selalu berusaha menghindari interaksi dengan orang lain. Kemudian pada usia 6 tahun ia telah mengenali berbagai penciuman yang menakjubkan.
Jean-baptiste terlahir istimewa namun membawa
petaka. Keistimewaan yang belum ia sadari sepenuhnya. Meski ia tak mempunyai
bau tubuh, ia mampu membaui segala. Kayu, batu, air, air hangat, air dingin,
telur kodok dan semua hal yang ada di dunia. Hidungnya sangat peka dan inilah
yang mungkin akan menjadi masalah besar baginya.
Pada usia 12 tahun, penjaga panti menjualnya ke tukang pembuat kulit dimana ia bekerja bagai budak. Anehnya, ia seperti tak bisa mati, bahkan penyakit yang paling mematikanpun dapat ia lewati dengan mudah. Jean-Baptiste remaja mendapat kesempatan untuk pergi ke kota untuk mengembangkan bakatnya. Disinilah semua tragedi di mulai.
Perancis sebagai salah satu kota pembuat parfume
terbesar kini ada di depannya. Disini ia membaui lebih banyak hal dan
kehidupan. Tak hanya bau busuk seperti tempat asalnya, namun juga bau harum,
bunga, makanan, hingga parfum ternama. Suatu ketika, saat Jean berjalan-jalan
di tengah kerumunan, ia mendapati penciumannya menemukan suatu bau yang
terbilang baru. Aroma berbeda yang membangkitkan hasrat dan keingintahuannya.
Aroma yang datang dari sebuah tubuh molek dengan kulit berbintik yang
mempesona. Aroma itu adalah aroma perawan. Dan pada saat itu juga, ia melakukan
pembunuhan pertamanya karena mengira bisa menyerap aroma sang gadis.
Di lain waktu, ia melihat pembuat parfum bernama Baldini ketika ia hendak mengantarkan kulit pesanan. Dengan mantap ia hendak menjadi pembantu Baldini dan ingin agar ia diajari bagaimana mengekstrak wewangian sehingga menghasilkan parfum dengan bentuk nyata. Mulanya Baldini menolak, namun kemudian lelaki tua itu terkesima ketika Jean membuat sebuah parfum dengan wewangian yang sedang ia buat, tanpa timbangan dan perhitungan. Demi melihat bakat tersembunyi Jean, Baldini akhirnya membelinya dari pabrik pembuat kulit dan memperkerjakannya. Berkat Jean dan hidungnya yang sangat istimewa, Baldini memperoleh banyak keuntungan sehingga membuat ia menjadi pembuat parfum terkaya di kota Perancis.
Jean banyak belajar cara membuat parfum bahkan bisa lebih hebat hasil parfum buatannya dari pembuat parfum paling terkenal sekalipun. Ketika ia telah berhasil mempunyai ilmu bagaimana mengekstrak wewangian, iapun teringat dengan aroma di jalan Seint. Ia hendak menciptkan aroma serupa sehingga terjadilah sebuah tragedi besar yang membuat masyarakat kota kelimpungan dan mencari biang keladi atas semua kekacauan yang terjadi. Satu demi satu mayat gadis ditemukan dengan ciri-ciri yang sama. Telanjang, botak dan kulit yang berminyak. Pembunuh yang dicari-cari itu tengah asik membuat membuat eksperimen dari hasil percobaannya selama beberapa waktu hingga pada akhirnya ia harus menemukan formula pelengkap untuk menyempurnakan parfum buatannya.
Seluruh masyarakat kota waspada akan pembunuh
berdarah dingin yang telah menghilangkan nyawa 24 gadis cantik dengan cara yang
teramat keji. Di lain tempat, Jean akhirnya menemukan formula pelengkap
parfumnya, yakni gadis paling cantik bernama Laure. Dengan segala cara Jean
mendekat Laure agar dapat mendapatkan aroma tubuhnya meski ayahnya dengan ketat
telah mengamankan Laure dari kota yang kejam itu. Dengan tenang, Jean
merencakan segala tindakan tanpa terendus satu manusiapun dan akhirnya, pada
suatu malam, Laure mati dan menjadi pelengkap aroma 25 perawan Jean-Baptiste.
Di akhir cerita, kejahatan keji Jean terkuak dan hukuman mati siap untuk mengeksekusi dirinya. Namun pada saat ia berada di tengah masyakarat kota yang hendak menghujat dan melihat kematiannya, Jean menyemprotkan parfum aroma perawan buatannya dan melenakan seluruh masyarakat sehingga mengiranya sebagai seorang dewa.
Disini terlihat jalan cerita yang di bangun sang penulis begitu halus dengan kejutan-kejutan yang tak habis sampai di akhir cerita. Setiap bab di buat dengan benang merah praduga sehingga membangun ending cerita yang bagus meski pembaca tidak begitu terkejut dengan klimaks yang disajikan. Kepolosan Jean sebagai tokoh sentral di novel ini begitu terlihat saat ia tengah menjalani proses kejinya sebagai seorang pembunuh berdarah dingin. Tak ada rasa berdosa atau takut karena memang seorang Jean diciptakan tanpa rasa takut dan tipisnya rasa kemanusiaan.
Akhir kalimat, novel ini saya rekomendasikan untuk pembaca yang suka dengan petualangan, tantangan dan cerita yang cenderung berani menampilkan sisi-sisi lain dari kepribadian manusia.
Doc Pribadi/Foto Google |
@byazizah
Doc Pribadi |
Keramaian membuat aku bertanya
Tentang duduk bersama dengan orange juice di meja
Saus buatan, air conditioner yang menerpa kulit-kulit penuh
peluh dan lelah
Ada yang duduk bersama
Ada yang duduk dengan hampa
Ada juga tentang roti isi yang dibalut harga pajak yang
tinggi
Tentang irisan panjang kentang-kentang yang ditanam penduduk
lokal
Aku bertanya
Sedang apakah mereka?
Sedang menjadi apakah aku kini?
Berbalut sendiri bersama keramaian yang tak pasti
Berbicara tentang kerja
Tentang lelah, dan cita-cita
Aku seperti tersadar
Bahwa kereta selalu berjalan bukan tanpa alasan
Ia mengantar
Ia menjemput
Ia berjalan
Aku seperti tersadar
Bahwa keramaian selalu tercipta dengan banyak cobaan
Kebisingam yang sunyi
Keramaian yang hampa
Adalah apa yang harus aku jalani kini
Bahwa ketika orange juice mulai berembun
Ketika saus mulai dingin
Ketika kentang mulai berubah rasa
Aku harus pindah
Untuk menaiki kereta yang membawaku pulang ke rumah
@byazizah
Doc Pribadi |
Ada banyak..
Hal yang..
Ingin
aku..
Utaran..
Namun aku putuskan..
Bercerita kepada Tuhan..
Karena mungkin..
Tuhan lebih mengerti..
Bagaimana semogaku..
Berjalan nanti..
(2)
Aku pernah berpikir seperti ini, Jika
aku lebih dahulu menemuimu, mungkin sekarang aku tak bisa bersamamu. Apakah
kamu begitu?
(3)
Tenanglah,
Aku hanya sedang bercengkrama dengan
alam
Mencoba menerka kapan badai mengamuk itu
‘kan reda,
Mencoba menduga kapan awan itu berhenti
murka,
Mencoba bertanya benarkah kiranya indahmu
itu hanya di mata?
@byazizah